CIREBON, detektifinvestigasigwi.com | Sebuah rumah sederhana di Desa Cempaka, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, tiba-tiba menjadi sorotan. Rumah milik Sdri. Hernawati, yang sebelumnya rusak parah akibat angin kencang, kini berdiri tegak dan layak huni. Semua berkat program bedah rumah yang digagas Polresta Cirebon dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Bedah Rumah Polresta Cirebon: Tindakan Kemanusiaan atau Strategi Publikasi Tahunan?

Senin, 7 Juli 2025, rumah tersebut diresmikan langsung oleh Kapolresta Cirebon KOMBES POL. SUMARNI, S.I.K., S.H., M.H., diiringi rombongan pejabat utama, Forkopimcam, dan media. Seremoni berlangsung khidmat, lengkap dengan pembagian sembako, perlengkapan rumah, serta pesan-pesan moral tentang keamanan dan ketahanan pangan.

Tapi pertanyaannya: Apakah ini murni aksi sosial atau bagian dari pencitraan sistemik yang setiap tahun berulang dengan narasi yang nyaris sama?

Mencurigai Pola Lama dengan Bungkus Baru

Detektifinvestigasigwi.com mencoba mengurai di balik layar kegiatan tersebut. Sejumlah temuan kami menunjukkan bahwa program semacam ini seringkali hanya bersifat simbolik, tanpa pengawasan pasca-kegiatan dan minim transparansi anggaran. Hingga berita ini diturunkan, belum ditemukan dokumen resmi terkait sumber dana bedah rumah, alokasi anggaran, serta keterlibatan pihak ketiga.

Siapa yang membiayai? Berapa anggarannya? Apakah proses renovasi dilakukan melalui mekanisme terbuka atau hanya penunjukan internal? Tak ada satu pun rilis resmi yang menjawab itu.

> “Kami ingin menunjukkan bahwa Polri hadir untuk rakyat, bukan hanya sebagai penegak hukum, tetapi juga bagian dari solusi kemanusiaan,” kata Kapolresta saat peresmian.

Kutipan tersebut terdengar menjanjikan, tapi tanpa transparansi, sulit membedakan antara kepedulian dan strategi publisitas.

Bank Sampah Polresta: Inovasi atau Ilusi?

Kapolresta juga memperkenalkan Bank Sampah Polresta, sebuah inisiatif yang memungkinkan masyarakat menukar sampah daur ulang untuk membantu penerbitan SIM dan SKCK. Gagasan ini memang kreatif, namun tim kami tidak menemukan mekanisme jelas mengenai proses penukaran, siapa yang mengelola, dan bagaimana monitoring dijalankan.

Apakah program ini sudah berjalan atau baru sekadar pengumuman di depan media? Lagi-lagi, minimnya data publik menimbulkan tanda tanya besar.

Tangis Haru dan Doa yang Tidak Boleh Menyembunyikan Fakta

Kuwu Desa Cempaka, Sdr. Adam, dengan suara bergetar menyampaikan terima kasih. Namun detektif investigasigwi.com tidak berhenti pada momen haru semata. Kami menelusuri apakah program seperti ini dilakukan secara berkelanjutan atau hanya sekali-sekali saat Hari Bhayangkara tiba.

Sayangnya, berdasarkan pantauan kami selama tiga tahun terakhir, pola bedah rumah oleh aparat cenderung bersifat insidental, tidak terencana jangka panjang, dan tidak pernah dilaporkan secara transparan pasca kegiatan.

KESIMPULAN: RUMAHNYA MEMANG DIBANGUN, TAPI APAKAH KEJUJURANNYA JUGA?

Kegiatan ini memang mengubah hidup satu warga. Tapi apakah itu cukup untuk membangun ulang kepercayaan masyarakat terhadap institusi yang kini makin dituntut akuntabilitasnya?

Polri butuh lebih dari sekadar seremoni dan foto bersama. Ia butuh transparansi, konsistensi, dan pengawasan. Jika tidak, setiap kegiatan sosial akan dipersepsikan sebagai alat kampanye tahunan—bukan pengabdian tulus kepada rakyat.

Karena bagi rakyat kecil, yang dibutuhkan bukan hanya rumah layak huni… tetapi juga institusi yang layak dipercaya.

(Tim Detektif | detektifinvestigasigwi.com)

Reporter: ZULKARNAIN IDRUS