BINJAI | DetektifInvestigasiGWI.com – Di balik wajah Kota Binjai yang teduh dan religius, sebuah ancaman diam-diam menyusup: narkoba. Ia menyelinap lewat lorong-lorong gelap, menunggangi kelengahan aparat, dan membajak masa depan generasi muda. Kini, seorang pemuda bersuara. Tapi bukan suara biasa. Ini suara dari dalam: Yudhi William Pranata, kader Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP) Sumut, juga aktivis HMI, melempar peringatan keras kepada publik: “Binjai darurat narkoba, dan kita terlalu lama diam.”

Scroll Untuk Lanjut Membaca
[EKSKLUSIF] Jejak Gelap Narkoba di Binjai: Yudhi William Pranata Teriakkan Alarm Bahaya, Siapa di Balik Jaringannya?

Konferensi Pers atau Alarm Awal Badai?

Rabu (25/6), di sebuah café sederhana—Coffey Day, Yudhi menggelar konferensi pers. Tapi isi pernyataannya bukan basa-basi. Ia menyerang langsung pada jantung masalah: lemahnya pengawasan, mandulnya penegakan Perda, dan indikasi pembiaran di lapisan akar.

“Saya katakan terus terang, narkoba sudah masuk ke jantung kota. Ini bukan isu kaleng-kaleng. Bahkan ada organisasi pemuda yang sudah disusupi. Kalau kita tak bergerak sekarang, Binjai tinggal hitungan waktu,” ujar Yudhi, tanpa tedeng aling-aling.

Tim DetektifInvestigasiGWI mencatat, setidaknya dalam kurun 10 bulan terakhir, beberapa kasus narkoba yang terungkap di Binjai memperlihatkan pola serupa: distribusi melalui kafe, kos-kosan, bahkan tempat ibadah. Yudhi, dalam pengakuannya, menyebut ada titik-titik yang seolah “dilindungi.”

Perda Hanya Pajangan?

Binjai memiliki Peraturan Daerah terkait pencegahan narkoba. Tapi Yudhi menyebut, “itu hanya aturan mati.”

“Perda itu hanya kuat di meja rapat. Di lapangan? Nihil. Bahkan sosialisasinya saja hanya ke kelompok tertentu. Kita perlu audit! Apa benar dijalankan atau hanya alat proyek?” tantangnya.

Investigasi GWI: Ada Nama, Ada Jaringan

Sumber internal DetektifInvestigasiGWI yang meminta identitasnya dirahasiakan menyebut, beberapa oknum sudah terdeteksi memiliki afiliasi dengan jaringan kecil pengedar. Mereka bergerak secara rapi, memanfaatkan celah hukum dan ketidakhadiran pengawasan. Menurutnya, “bisnis” ini bukan lagi dioperasikan oleh preman biasa, tapi sudah melibatkan unsur berpendidikan.

“Ini bukan cuma soal kriminal. Ini jaringan. Kalau dibongkar serius, bisa menyeret nama-nama besar,” ungkapnya.

Rehabilitasi: Solusi atau Justifikasi?

Yudhi juga menekankan pentingnya pendekatan rehabilitatif. Tapi ia menolak jika rehabilitasi dijadikan jalan pintas bagi para bandar untuk cuci tangan.

“Rehabilitasi untuk korban, bukan untuk pelaku besar yang menyamar jadi aktivis. Kita dukung BNN, tapi jangan kompromi. Kalau ada yang main dua kaki, kita bongkar!”

Seruan Terakhir: Bongkar, Jangan Bungkam

Yudhi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk membuang rasa takut dan mulai berbicara. Ia menyerukan agar Hari Anti Narkotika Internasional tak berhenti di panggung seremoni, melainkan menjadi titik awal konsolidasi sosial.

“Ini bukan soal politik, bukan soal suku. Ini soal nasib Binjai. Kita tidak boleh bungkam lagi. Kalau perlu, buka semua nama. Siapa beking siapa, kita hadapi sama-sama!”


DetektifInvestigasiGWI.com

Mengungkap yang Disembunyikan, Menyuarakan yang Dibungkam.


 

Reporter: ZULKARNAIN IDRUS