Detektifinvestigasigwi.com-Sampang –

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Dari Sepeda ke Cincin Emas, Wujud Cinta Nyata untuk Anak Yatim

Suasana haru dan penuh cinta kembali terasa di Dusun Bulungan, Desa Plakaran, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang. Madrasah Diniyah (MD) Al-Muslimiyyah, di bawah asuhan KH. Ali Abbas, kembali menyelenggarakan santunan anak yatim dalam rangka memperingati malam 10 Muharrom 1447 Hijriyah.

Jika tahun lalu anak-anak yatim menerima sepeda listrik sebagai simbol perhatian, maka tahun ini mereka mendapatkan cincin emas, uang tunai, dan bingkisan kebutuhan pribadi—sebuah wujud kasih sayang yang tak pernah surut, justru semakin bermakna.

Santunan dilaksanakan pada Sabtu malam, 6 Juli 2025, selepas Maghrib hingga menjelang Isya. Suasana halaman MD Al-Muslimiyyah tampak ramai, namun tetap tertib. Puluhan anak yatim hadir dengan mengenakan pakaian terbaik, duduk bersama masyarakat, wali murid, tokoh agama, hingga para alumni.

Setiap anak yatim menerima tiga bentuk santunan utama: amplop berisi uang tunai, cincin emas dalam kotak eksklusif, dan bingkisan kebutuhan pribadi. Cincin emas tersebut menjadi simbol bahwa mereka adalah pribadi yang berharga dan layak dimuliakan di tengah masyarakat.

“Kami ingin ada sesuatu yang berkesan dan personal. Tahun ini kami memilih cincin emas, bukan karena nilai barangnya, tapi karena simbolinya. Anak-anak ini berharga,” ujar Soleh, Ketua Panitia Santunan.

Menurut Soleh, bentuk pemberian memang bisa berubah tiap tahun, tetapi semangat dan nilai sosialnya harus tetap hidup dan berkembang.

Wakil Ketua Panitia, Muhyi, menjelaskan bahwa kegiatan ini dimaksudkan bukan hanya sebagai rutinitas tahunan, tetapi sebagai pelukan sosial bagi anak-anak yatim agar mereka merasa diperhatikan dan disayangi.

“Kami ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri. Ada banyak orang yang peduli, mendoakan, dan mencintai mereka,” ungkapnya.

Muhyi juga menyebut bahwa keterlibatan warga semakin luas dari tahun ke tahun. Para alumni, wali murid, simpatisan, hingga donatur dari luar desa turut menyumbangkan dana dan tenaga untuk menyukseskan acara ini.

Rangkaian kegiatan berlangsung dengan penuh kekhidmatan. Doa bersama, tahlil, salawat, hingga nasihat keagamaan menjadi bagian dari momentum yang memperkuat sisi spiritual dan sosial dari kegiatan tersebut.

KH. Ali Abbas menegaskan bahwa kegiatan santunan ini merupakan bagian penting dari pendidikan karakter dan spiritualitas yang diajarkan kepada para santri dan masyarakat.

“Anak-anak yatim adalah amanah. Mereka tidak butuh belas kasihan, mereka butuh cinta yang nyata. Dan inilah yang kami upayakan di madrasah ini,” tutur beliau kepada Media GWI.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah membantu, dari panitia hingga donatur yang terus mendukung dengan ikhlas. Bagi KH. Ali Abbas, madrasah bukan hanya tempat belajar, tapi juga ruang menanamkan nilai kemanusiaan.

Wajah-wajah anak yatim yang menerima santunan malam itu tampak bersinar. Beberapa terlihat memandangi cincin di jari mereka dengan mata berbinar, menyimpan harapan baru dalam benda kecil yang menyimpan makna besar.

Soleh berharap kegiatan seperti ini bisa menjadi gerakan sosial yang berkelanjutan. Ia menyebut bahwa santunan tak hanya tentang memberi, tetapi juga membentuk budaya kepedulian yang konsisten.

“Setiap tahun bentuknya bisa berbeda, tapi rasa cintanya harus tetap ada. Inilah misi kami: menjaga semangat sosial yang tumbuh dari hati,” pungkasnya.

Melalui tradisi yang terus berkembang ini, MD Al-Muslimiyyah menunjukkan bahwa cinta kepada anak yatim tak hanya diucapkan, tetapi diwujudkan secara nyata—dari sepeda listrik, hingga kini cincin emas yang menyampaikan pesan: Kalian berharga, dan kalian dicintai.

 

Pewarta : Amin J

Reporter: GWI Banten Perwakilan GWI Banten