Scroll Untuk Lanjut Membaca
DI BALIK TEMBOK LAPAS BANYUWANGI: Dapur, Klinik, dan Ancaman Laten di Balik Pelayanan Dasar

BANYUWANGI – detektifinvestigasigwi.com | Liputan Khusus — Kunjungan Kepala Kantor Wilayah Pemasyarakatan Jawa Timur, Kadiyono, ke Lapas Banyuwangi pada Selasa (10/6), membuka kembali satu isu lama yang kerap terkubur di balik laporan formal: kualitas layanan dasar di lembaga pemasyarakatan — khususnya terkait dapur umum dan fasilitas kesehatan.

Laporan resmi menyebutkan Kakanwil datang untuk “meninjau peningkatan layanan”. Namun detektifinvestigasigwi.com menemukan bahwa kunjungan ini bukan kunjungan seremonial biasa. Ada kekhawatiran serius soal akuntabilitas dan kepatuhan SOP di lapas tersebut.

Dapur: Antara Anggaran dan Realitas Piring Nasi

Berdasarkan sumber internal yang enggan disebut namanya, sistem pengadaan bahan makanan di Lapas Banyuwangi selama ini berjalan dalam pengawasan longgar. “Secara administrasi rapi, tapi implementasi lapangan bisa berbeda. Porsi dan kualitas kadang tidak sesuai standar,” ungkapnya.

Hal ini selaras dengan pernyataan Kadiyono yang dalam kunjungan itu menyuarakan kekhawatannya:

“Pemenuhan makanan tidak boleh asal kenyang. Harus bergizi, tepat jumlah, dan sesuai protokol. Kalau tidak, itu pelanggaran hak asasi.”

Ia bahkan meminta dokumentasi menyeluruh atas alur kerja dapur — dari perencanaan menu, pembelian bahan, proses memasak, hingga distribusi. Hal ini mengindikasikan bahwa pengawasan selama ini belum sepenuhnya efektif.

Klinik: Pelayanan Kesehatan atau Sekadar Formalitas?

Tak kalah mencemaskan, fasilitas klinik juga jadi sorotan utama. Dari pantauan detektifinvestigasigwi.com di lapangan, sejumlah warga binaan mengeluhkan lambatnya penanganan medis. Sering kali, penyakit ringan menjadi parah hanya karena keterlambatan pemeriksaan atau minimnya tenaga medis.

“Kami sering disuruh tunggu, kadang baru diperiksa malam. Obat pun terbatas,” ujar salah satu narapidana yang kami temui (identitas disamarkan demi keamanan).

Kadiyono menegaskan bahwa layanan kesehatan bukan sekadar formalitas administratif, tapi cerminan tanggung jawab negara terhadap manusia di balik jeruji.

Tanggapan Pihak Lapas: Di Antara Tekanan dan Harapan

Kepala Lapas Banyuwangi, I Wayan Nurasta Wibawa, tak menampik masih ada tantangan. Namun ia menegaskan bahwa pihaknya tidak tinggal diam.

“Kami terus memperbaiki. Memang tidak sempurna, tapi ada komitmen kuat untuk membenahi layanan dasar, terutama gizi dan kesehatan,” ujarnya.

Namun pertanyaan yang tersisa: seberapa besar komitmen itu mampu bertahan tanpa pengawasan yang nyata dan konsisten?

Sinyal Bahaya Sistemik

Kunjungan Kakanwil ini patut dibaca sebagai sinyal peringatan keras, bukan hanya untuk Lapas Banyuwangi, tapi seluruh jajaran pemasyarakatan di Jawa Timur. Ketika dapur dan klinik — dua titik vital yang menyangkut nyawa dan kelangsungan hidup warga binaan — dibiarkan longgar, maka pemasyarakatan kehilangan ruh pembinaannya.

Apakah reformasi sistem pemasyarakatan benar-benar berjalan? Atau masih sebatas spanduk, laporan indah, dan kunjungan pejabat?

Kami akan terus menelusuri.

Tim Investigasi | detektif Investigasi gwi.com

Reporter: ZULKARNAIN IDRUS