
Aceh Utara |detektifinvestigasigwi.com- Razali (mukim), koordinator galian C di kecamatan geureudong pase kabupaten aceh utara. Menjelaskan bahwa aktivitas tambang galian C di wilayahnya, memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sekitar.
Menurutnya, hasil dari operasional tambang tersebut. Di gunakan untuk mendukung pembangunan fasilitas umum di desa, iya menyebutkan. Sebagian dana di pakai untuk memperbaiki jalan gampong, membangun balai pengajian hingga menunjang kebutuhan sosial lainnya.
“Ini bukan untuk kepentingan pribadi, hasilnya kembali ke masyarakat. Jalan desa yang di lalui kendaraan di perbaiki, balai pengajian dibangun. Jadi ada kontribusi langsung,” kata Razali rabu 16/7/2025.
Lanjutnya, warga sekitar pun merasakan dampak positif. Dari keberadaan tambang, terutama dalam membuka lapangan kerja dan menggerakkan perekonomian desa.
“Banyak warga yang bisa bekerja, ekonomi desa juga berputar. Kita hanya minta sedikit kontribusi, dari kendaraan yang keluar masuk. Itu untuk kemaslahatan bersama,” ujarnya.
Namun kata Razali, bila galian c tersebut ditutup. Pergolakan ekonomi masyarakat dipastikan tersendat, hal itu. Malah memicu masyarakat, untuk terjerumus ke hal negatif.
Tanggapan tokoh dan masyarakat, “MS” (52). Seorang tokoh masyarakat geureudong pase, angkat suara terhadap aktivitas galian C di wilayahnya. Menurutnya, galian tersebut. Bukan ancaman, melainkan berkah bagi masyarakat lokal.
“Selama ini, galian C telah membantu warga dalam banyak hal. Antara lain, untuk pembangunan masjid. Balai pengajian, meunasah. Santunan anak yatim – piatu, bahkan untuk hari megang semua anak yatim piatu di kecamatan kita ini. Kami upayakan daging megang, itu semua dari hasil galian C. Serta menjadi lapangan kerja bagi pemuda setempat,” ujar ‘MS” kepada wartawan minggu 20/7/2025.
Iya menambahkan “ banyak keluarga menggantungkan hidup dari situ. Kalau ditutup, bagaimana nasib mereka? Siapa yang tanggung jawab” pungkasnya.
Pada hari yang sama, masyarakat yang enggan disebutkan namanya mengatakan, tambang tersebut bukan sekadar tumpukan batu dan pasir, melainkan simbol perjuangan warga setempat dalam menyambung hidup ditengah himpitan dan kesulitan ekonomi.
“Ini tempat kami bertahan hidup, bagi kami, ini adalah sumber pencaharian.
jika tambang ini ditutup, hidup kami mau dibawa ke mana, kemana kami haris mencari nafkah ? ”ucap seorang janda ibu rumah tangga yang sehari – hari bekerja sebagai pengumpul batu dengan mata berkaca-kaca.
(Jihandak Belang/Team Sumber : SR)
Reporter:
GWI Aceh Perwakilan GWI Aceh