
Aceh |detektifinvestigasigwi.com- Aparat penegak hukum (APH) polres aceh timur, di desak tangkap dan cabut izin atas nama “Sulaiman”. Milik toke pangkalan Gas Elpiji 3 KG, berlokasi di desa pante labu kecamatan pante bidari. Karena menjual tabung gas dengan harga 50 ribu, yang sudah meresahkan masyarakat di pasca banjir di daerah itu.
“Sulaiman”, pemilik pangkalan gas elpiji. Yang berdomisili, di desa pante labu kecamatan pante bidari kabupaten aceh timur. Mengakui kepada wartawan pada jum’at malam 19/12/2025, sekitar pukul.21.00.wib. Telah menjual gas elpiji 3 kg bersubsidi, dengan harga 30 ribu, dengan alasan. Krena terlalu jauh melangsir gas elpiji, dari seseorang yang bernama munawir.
Pangkalan elpiji, “Sulaiman” di ketahui tidak terdata pada dinas disperindagkop kabupaten aceh timur. Dan telah menyalahi aturan, karena tidak di suplai oleh PT yang menaungi pangkalan gasnya di desa pante labu.
Di ketahui nama pangkalan gasnya, “Sulaiman”. Yang seharusnya di suplai oleh PT perjuangan lante bidari, melalui pertamina. Dirinya mengaku telah menerima gas subsidi dari munawir pemilik SPBU lhok nibong, sebutnya lagi.elalui sambungan selular saat di wawancarai wartawan.
“Sulaiman” juga, mengaku bahwa dirinya tidak bersalah karena menjual gas subsidi dengan harga Rp 50.000 per/tabung gas elpiji. Karena di papan nama tidak ada tulisan harus menjual tabung elpiji 3 kg dengan harga Rp 18.000.
“Sulaiman” telah menyalahi aturan dan telah membuat papan informasi keliru atau palsu dan bisa di jerat dengan undang undang.
Pangkalan LPG 3 kg, bisa di kenakan denda serta juga sangsi administrasi. Hingga pencabutan izin, jika terbukti menjual di atas harga eceran tertinggi (HET). Yang di tetapkan pemerintah daerah, karena gas LPG 3 kg itu. Adalah barang subsidi, yang di lindungi undang-undang. Dan sangsi tegas bisa diberikan oleh pertamina dan aparat penegak hukum.
Sangsi bisa di mulai dari teguran, pemotongan suplai. Hingga pemutusan hubungan usaha (PHU), sangsi yang di berlakukan : Sangsi administrasi : Teguran hingga pemutusan hubungan usaha (PHU) dari pertamina.
Pencabutan izin usaha : Otoritas terkait (seperti dirjen migas), bisa mencabut izin pangkalan/agen. Sangsi pidana : Pelanggaran ini, bisa dikenakan sangsi pidana berdasarkan undang-undang perlindungan konsumen.
Dasar Hukum dan Aturan : Harga eceran tertinggi (HET) : Setiap daerah memiliki HET LPG 3 kg, yang di atur oleh peraturan gubernur (pergub) masing-masing. Gas subsidi : LPG 3 kg, adalah barang bersubsidi. Sehingga penjualannya harus sesuai HET, untuk melindungi konsumen.
Tindakan yang bisa di ambil masyarakat.:
Masyarakat yang menemukan pangkalan menjual di atas HET, bisa melaporkan ke kontak pertamina 135 atau aparat penegak hukum setempat.
Aparat penegak hukum, polres aceh utara di desak untuk menyelidiki pangkalan siluman “sulaiman” dan di harapkan agar aparat penegak hukum. Untuk mencabut izin pangkalan milik “sulaiman”, yang menjual dengan harga sangat mahal di atas harga HET (harga eceran terendah).
Diduga, “sulaiman” berani menantang dan meminta untuk menuliskan berita. “Tulis saja berita saya menjual gas subsidi 3 kg, dengan harga Rp 50.000”. Karena dia menganggap punya beking mantan kombatan (GAM) yang berdiri di belakangnya, mendukung dan mengarahkannya agar menjual gas elpiji 3 kg dengan harga 50 ribu.
Aparat penegak hukum di harapkan jangan tinggal diam atas kejadian yang melanggar hukum, secepatnya untuk menyelidiki penjualan gas elpiji di atas HET. Masyarakat meminta kepada aparat penegak hukum, polres aceh utara. Untuk merespon laporan masyarakat, jangan di.diamkan seperti agar kepercayaan masyarakat kepada kepolisian tetap terjaga. Dalam menerima laporan masyarakat, dan tetap mengayomi rakyat yang tertindas.
Masyarakat yang ada di desa pante labu pun sangat geram, dengan kejadian ini. Mereka meminta agar pertamina, pihak yang berwenang dan kepolisian. Agar tutup saja pangkalan punya “sulaiman”, yang telah merugikan rakyat pante labu dan sekitarnya. Dia telah membuat masyarakat sekitar kesusahan dan menderita, berani beraninya dia menjual gas elpiji subsidi. Yang seharusnya di jual dengan harga Rp 18.000, di jual dengan harga fantastis Rp 50.000. Di saat masyarakat sedang tertimpa musibah banjir, “masyarakat yang tidak mau di sebutkan namanya pun berkomentar. “Sulaiman” itu hanya mencari kekayaan pribadi lewat bisnis kotornya, dia tidak pernah mau memikirkan kesusahan warga pante labu. Khusunya, dan kecamatan pante bidari umumnya, cabut saja izin pangkalan gas elpiji “sulaiman”. Ucapnya, masyarakat itu.
(Jihandak Belang/Sumber Team Sus Aceh)
Reporter:
GWI Aceh Perwakilan GWI Aceh














