Jakarta |detektifinvestigasigwi.com- Universitas, pada hari rabu 17/12/2025, Prof. Dr. Moestopo (Beragama) bersama mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) menyelenggarakan talk show bertema “AI, Influencer, dan Kamu: Siapa yang Mengendalikan Komunikasi?”. Kegiatan ini digelar di Laboratorium TV Kampus III Universitas Moestopo, Jakarta, pada 12 Desember 2025.
Talk show tersebut menjadi bagian dari upaya peningkatan literasi digital bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), khususnya di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) serta meningkatnya pengaruh influencer di media sosial.
Kegiatan ini diikuti oleh siswa SMA Negeri 85 Jakarta dan sejumlah SMA lainnya. Para peserta dibekali pemahaman agar mampu menyaring informasi, bersikap kritis, serta bijak dalam menggunakan media sosial di tengah derasnya arus informasi digital.
Acara dibuka oleh Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi FIKOM Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Fizzi Andriani, S.E., M.Si. Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya edukasi bermedia sosial yang sehat bagi generasi muda, sekaligus meningkatkan kewaspadaan siswa dalam memilih figur influencer yang layak dijadikan panutan.
Menurutnya, siswa perlu memahami bahwa tidak semua konten digital memiliki nilai edukatif dan positif, sehingga dibutuhkan kemampuan berpikir kritis dalam mengonsumsi maupun memproduksi konten di ruang digital.
Materi utama disampaikan oleh Kepala Bagian Humas, Promosi, dan PMB Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Citra Eka Putri, S.I.Kom., M.I.Kom. Ia menjelaskan bahwa influencer kini menjadi aktor baru dalam komunikasi massa digital yang memiliki kemampuan besar dalam membentuk opini, perilaku, hingga cara berpikir masyarakat.
Citra memaparkan bahwa melalui kredibilitas personal, framing pesan, relasi parasosial dengan pengikut, serta dukungan algoritma dan teknologi AI, influencer mampu menciptakan realitas sosial baru bagi audiensnya.
Namun demikian, ia menegaskan bahwa pengaruh influencer memiliki dua sisi. Di satu sisi, influencer dapat memberikan dampak positif melalui edukasi, kampanye sosial, serta peningkatan literasi digital. Di sisi lain, pengaruh tersebut juga berpotensi menimbulkan bias informasi, tekanan psikologis, hingga ketergantungan emosional apabila tidak disikapi secara kritis.
Oleh karena itu, literasi pengaruh dan kesadaran kritis menjadi kunci agar generasi muda tidak hanya menjadi objek dari arus komunikasi digital, melainkan mampu menjadi subjek yang aktif, cerdas, dan bertanggung jawab.
Melalui kegiatan ini, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) berharap para siswa SMA dapat memahami bahwa meskipun influencer, algoritma, dan teknologi AI membentuk pola komunikasi di media sosial, kendali akhir tetap berada pada kesadaran individu dalam memilih, menilai, serta mengelola informasi di ruang digital.
(Rls/Erick.H/Red)

















